
Spes Non Confundit (Pengharapan Tidak Mengecewakan) Seminar Yubileum Tahun 2025 di Batam
Batam (Kemenag) – Keuskupan Pangkalpinang mengawali tahun 2025 dengan menggelar Seminar Yubileum di GOR Yos Sudarso Batam, Senin (27/1) dengan mengusung tema "Berjalan dan Merawat Harapan Bersama Mereka yang Tertinggal." Acara ini dihadiri oleh lebih dari 1.100 umat dari berbagai paroki di Batam, Tanjungpinang, Karimun, hingga Ujung Beting, Kabupaten Lingga. Para peserta berasal dari berbagai komunitas basis gerejawi (KBG), kelompok kategorial, organisasi massa, dan kaum muda Katolik.
Acara dibuka dengan penuh semangat oleh Duo MC, Didik dan Yustin, yang menegaskan bahwa seminar ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam tentang makna Tahun Yubileum sebagai momentum refleksi dan pembaruan spiritual. Terselenggaranya seminar ini merupakan hasil kerja sama antara Keuskupan Pangkalpinang, Bimas Katolik Kanwil Kementerian Agama Provinsi Kepulauan Riau, dan Yayasan Tunas Karya.
Materi Seminar: Peziarah Pengharapan dan Misi Gereja
Setelah doa pembukaan, Romo Lorens, seorang akademisi dan pegiat kerasulan awam, memandu jalannya seminar dan memperkenalkan narasumber pertama, Pater Dr. Leo Kleden, SVD.
Dalam pemaparannya yang berjudul "Peziarah Pengharapan sebagai Satu Bangsa dan Umat Allah," Pater Leo menegaskan bahwa Tahun Yubileum adalah waktu untuk pertobatan dan pembaruan diri, baik dalam hubungan dengan Tuhan, sesama, maupun alam ciptaan.
Materinya dibagi dalam tiga bagian besar: Ziarah sejarah Indonesia, yang menyoroti perjalanan bangsa dalam menghadapi berbagai tantangan.
Hidup sebagai umat Allah yang berziarah menuju pemenuhan Kerajaan Allah.
Memadukan dua aspek sebelumnya dalam semangat "peziarah pengharapan", yang berperan sebagai warga negara sekaligus umat Allah dalam memperjuangkan masa depan yang lebih baik.
Mengutip pahlawan nasional Mgr. Albertus Soegijapranata, ia menegaskan, "100% Katolik, 100% Indonesia."
Narasumber kedua, Mgr. Prof. Dr. Adrianus Sunarko, OFM, Uskup Keuskupan Pangkalpinang, membahas makna teologis Yubileum. Ia menjelaskan bahwa kata "Yubileum" berasal dari "Yobel," yang merujuk pada terompet domba jantan yang dibunyikan sebagai tanda dimulainya Hari Pendamaian (Imamat 25:8-13).
Beliau juga menguraikan tanda khas Tahun Yubileum 2025, yakni: Ziarah, Pintu Suci (Porta Sancta), Karya Kasih, Indulgensi, Pengakuan Iman (Credo), Doa, Sakramen Rekonsiliasi, dan Ekaristi. Umat diajak untuk memahami lebih dalam makna ini melalui edaran, leaflet, dan sumber resmi lainnya.
Dalam tinjauan eklesiologisnya, Uskup Adrianus menegaskan bahwa Gereja harus hadir bagi mereka yang paling lemah, terluka, dan kehilangan harapan. Seperti mercusuar di pelabuhan, Gereja diharapkan dapat menjadi cahaya yang menerangi umat dalam badai kehidupan.
Animasi dan Misa Perutusan
Sebagai selingan yang inspiratif, siswa-siswi SMA Yos Sudarso mempersembahkan drama ilustrasi berjudul "Footprints of a Pilgrim of Hope," yang menggambarkan perjalanan iman dalam merawat harapan.
Seminar ini ditutup dengan Misa Perutusan, yang disertai berkat apostolik dan pemberian anugerah Indulgensi kepada peserta yang hadir. Misa semakin berkesan dengan kehadiran empat maskot Tahun Yubileum, lengkap dengan raincoat dan sepatu boots kotor, sebagai simbol kesiapan Gereja untuk diutus ke tempat-tempat yang paling membutuhkan.
Selain itu, Paduan Suara Anak St. Chiara Choir dan beberapa anggota Orang Muda Katolik (OMK) turut mempersembahkan lagu-lagu liturgi yang semakin menghidupkan suasana perayaan iman ini.
Seminar Yubileum 2025 di Batam menjadi momentum berharga bagi umat untuk semakin memahami makna perjalanan rohani dan memperkuat harapan bersama, menuju Generasi Katolik yang lebih peduli dan berdaya di masa depan.
Youtube:
https://www.youtube.com/live/FbzbJtyDpA0?si=ZMTaDtZyiEKaOGzj
(Lilian)