
Suasana saat Kajian dan Foto Bersama Usai Kajian
BATAM (Kemenag) – Suasana Masjid Jabal Arofah, Nagoya, Kota Batam, diselimuti kekhusyukan saat Majelis Taklim (MT) Riyadhus Sholihin menggelar kajian rutin dengan menghadirkan Guru Pembimbing KH. Luqman Hakim, M.Pd. yang juga seorang ASN P3K Kemenag kota Batam.
Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan ceramah yang menyentuh hati tentang 100 Rahmat Allah, menyingkap makna kasih sayang Allah SWT yang begitu luas sebagaimana termaktub dalam hadis Rasulullah SAW.
Dalam penyampaiannya yang lugas dan penuh makna, KH. Luqman Hakim menjelaskan bahwa Allah SWT memiliki seratus bagian rahmat. Dari seratus bagian itu, satu rahmat diturunkan ke dunia, sementara sembilan puluh sembilan lainnya disimpan untuk diberikan secara sempurna kepada hamba-hamba beriman di Hari Kiamat. “Satu rahmat yang turun ke bumi inilah yang membuat seluruh makhluk saling menyayangi,” ujarnya dengan suara lembut namun penuh penekanan.
Kyai Luqman kemudian menggambarkan manifestasi kasih sayang Allah yang nyata di kehidupan sehari-hari. “Satu rahmat itulah yang membuat seorang ibu lembut memeluk bayinya, seekor kucing melindungi anak-anaknya, bahkan seekor kuda mengangkat kakinya agar tidak mencederai anaknya,” tuturnya. Uraian itu membuat suasana masjid hening, banyak jamaah yang tertegun dan meneteskan air mata karena tersentuh oleh makna mendalam yang disampaikan.
Jamaah Majelis Taklim Riyadhus Sholihin tampak menyimak setiap kalimat dengan penuh perhatian, memenuhi ruang utama masjid hingga ke teras. Seusai ceramah, banyak yang menyampaikan kesan positif atas kajian yang begitu menggugah. “Kami sangat terinspirasi untuk menjadi pribadi yang lebih penyayang, pemaaf, dan pengasih kepada siapa pun seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW,” ungkap Hj. Bainah (62), salah seorang pengurus Majelis dengan mata berbinar.
Dengan suksesnya kajian ini, MT Riyadhus Sholihin berharap pesan tentang rahmat Allah dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ceramah KH. Luqman Hakim tidak hanya memperkaya wawasan keagamaan, tetapi juga menjadi pendorong spiritual untuk menciptakan masyarakat yang lebih harmonis, saling menghargai, dan penuh kasih sayang—sebagai wujud nyata dari rahmat Allah yang satu itu. (Humas KUA Bengkong)